Bagaimana Hukum Ruqyah Saat Puasa Ramadhan Jika Terjadi Muntah Dan Kesurupan?
Muntah, Ruqyah dan Puasa
Musdar Bustamam Tambusai
(Founder MATAIR/ Majelis Talaqqi Ilmu Ruqyah)
========================
Sakit dan penyakit tidak melihat waktu dan tempat. Jika sudah ditakdirkan Allah, sakit dan penyakit harus diterima dan lakukan ikhtiar utk mengatasinya.
Untuk mengatasi sakit dan penyakit serta gangguan kesehatan yg lain, ruqyah syar'iyyah merupakan pilihan sbg solusi syar'i.
Nah, terkadang dlm keadaan berpuasa, ada juga orang yg diserang penyakit dan gangguan tapi dia ogah menjalani terapi ruqyah krn takut puasanya batal jika terjadi muntah.
Banyak yg sudah membahas masalah ini : apakah muntah saat diruqyah membatalkan puasa?
Saya ingin berkontribusi dlm masalah ini meskipun sedikit berbeda dlm analisa dan kesimpulannya.
1• Salah satu hal yg membatalkan puasa adalah muntah secara sengaja.
2• Tidak sadarkan diri (al-ighma') sepanjang hari juga membatalkan puasa.
》• Dalam konteks puasa secara umum, muntah sengaja sudah dipahami spt memasukkan jemari ke dalam mulut atau melakukan sesuatu yg dapat memicu muntah secara sengaja.
Tapi dlm konteks praktik ruqyah, saya punya pandangan bahwa kesengajaan muntah bisa terjadi sbb :
a• Pasien yg sudah biasa diruqyah dan mengetahui dirinya pasti muntah, lalu meruqyah dirinya atau minta diruqyah orang lain. Ini juga bentuk kesengajaan yg menurut saya bisa membatalkan puasa.
b• Tindakan peruqyah yg memukul, memijat dan menekan bagian tubuh. Jika itu dapat menyebabkan muntah dan pasien tau krn dia sadar, maka ini juga bentuk kesengajaan yg membatalkan.
Karena kesengajaan bukan hanya terkait perbuatan diri sendiri saja tapi juga kesadaran berbuat sesuatu meskipun dilakukan orang lain terhadap dirinya.
》• Sedangkan masalah "hilangnya kesadaran" saat diruqyah, hal itu tidak membatalkan puasa kecuali jika terjadi seharian penuh.
• Bagaimana dgn kondisi pasien yg sepanjang hari tidak sadar krn sihir atau kesurupan?
Orang spt itu dianggap sbg orang sakit yg tidak wajib puasa dan tentu konsekwensi nya ada spt mengganti puasa dsb.
Jadi, muntah secara sengaja dlm terapi ruqyah nampak nya tidak ada. Tapi jika kita lihat secara jeli, ternyata kesengajaan kita datang utk ruqyah dengan mengetahui konsekwensinya yaitu bakalan terjadi muntah, itu menurut saya adalah menyengaja diri utk muntah.
》• Oleh karena itu bagi orang yg sudah biasa muntah saat diruqyah, sebaiknya melakukan ruqyah di malam hari.
Kecuali dirinya memang tidak berpuasa, lanjutkan ruqyah nya di siang hari spt biasa.
》• Sedangkan orang yg belum tau bahwa dirinya akan muntah saat diruqyah, maka tidak ada unsur kesengajaan pd dirinya.
Terakhir :
• 》Jika terjadi muntah maka upayakan sisa muntah tidak ada yg tertelan krn hal itu dapat membatalkan puasa.
•》Jika dalam proses pengobatan terpaksa harus muntah (tidak hanya dlm terapi ruqyah), maka hal itu membatalkan puasa dan setelah itu wajib menahan diri dr makan minum dsb sampai maghrib jika mampu. Konsekuensi nya : Wajib qadha setelah Ramadhan.
Musdar Bustamam Tambusai
(Founder MATAIR/ Majelis Talaqqi Ilmu Ruqyah)
========================
Sakit dan penyakit tidak melihat waktu dan tempat. Jika sudah ditakdirkan Allah, sakit dan penyakit harus diterima dan lakukan ikhtiar utk mengatasinya.
Untuk mengatasi sakit dan penyakit serta gangguan kesehatan yg lain, ruqyah syar'iyyah merupakan pilihan sbg solusi syar'i.
Nah, terkadang dlm keadaan berpuasa, ada juga orang yg diserang penyakit dan gangguan tapi dia ogah menjalani terapi ruqyah krn takut puasanya batal jika terjadi muntah.
Banyak yg sudah membahas masalah ini : apakah muntah saat diruqyah membatalkan puasa?
Saya ingin berkontribusi dlm masalah ini meskipun sedikit berbeda dlm analisa dan kesimpulannya.
1• Salah satu hal yg membatalkan puasa adalah muntah secara sengaja.
2• Tidak sadarkan diri (al-ighma') sepanjang hari juga membatalkan puasa.
》• Dalam konteks puasa secara umum, muntah sengaja sudah dipahami spt memasukkan jemari ke dalam mulut atau melakukan sesuatu yg dapat memicu muntah secara sengaja.
Tapi dlm konteks praktik ruqyah, saya punya pandangan bahwa kesengajaan muntah bisa terjadi sbb :
a• Pasien yg sudah biasa diruqyah dan mengetahui dirinya pasti muntah, lalu meruqyah dirinya atau minta diruqyah orang lain. Ini juga bentuk kesengajaan yg menurut saya bisa membatalkan puasa.
b• Tindakan peruqyah yg memukul, memijat dan menekan bagian tubuh. Jika itu dapat menyebabkan muntah dan pasien tau krn dia sadar, maka ini juga bentuk kesengajaan yg membatalkan.
Karena kesengajaan bukan hanya terkait perbuatan diri sendiri saja tapi juga kesadaran berbuat sesuatu meskipun dilakukan orang lain terhadap dirinya.
》• Sedangkan masalah "hilangnya kesadaran" saat diruqyah, hal itu tidak membatalkan puasa kecuali jika terjadi seharian penuh.
• Bagaimana dgn kondisi pasien yg sepanjang hari tidak sadar krn sihir atau kesurupan?
Orang spt itu dianggap sbg orang sakit yg tidak wajib puasa dan tentu konsekwensi nya ada spt mengganti puasa dsb.
Jadi, muntah secara sengaja dlm terapi ruqyah nampak nya tidak ada. Tapi jika kita lihat secara jeli, ternyata kesengajaan kita datang utk ruqyah dengan mengetahui konsekwensinya yaitu bakalan terjadi muntah, itu menurut saya adalah menyengaja diri utk muntah.
》• Oleh karena itu bagi orang yg sudah biasa muntah saat diruqyah, sebaiknya melakukan ruqyah di malam hari.
Kecuali dirinya memang tidak berpuasa, lanjutkan ruqyah nya di siang hari spt biasa.
》• Sedangkan orang yg belum tau bahwa dirinya akan muntah saat diruqyah, maka tidak ada unsur kesengajaan pd dirinya.
Terakhir :
• 》Jika terjadi muntah maka upayakan sisa muntah tidak ada yg tertelan krn hal itu dapat membatalkan puasa.
•》Jika dalam proses pengobatan terpaksa harus muntah (tidak hanya dlm terapi ruqyah), maka hal itu membatalkan puasa dan setelah itu wajib menahan diri dr makan minum dsb sampai maghrib jika mampu. Konsekuensi nya : Wajib qadha setelah Ramadhan.
Posting Komentar untuk "Bagaimana Hukum Ruqyah Saat Puasa Ramadhan Jika Terjadi Muntah Dan Kesurupan?"
Komentar anda akan di moderasi dulu oleh admin, terima kasih.